MANFAAT
Manfaat utama sebagai
bahan makanan (sumber protein hewani).Ikan lele yang dipelihara di sawah dapat bermanfaat untuk
memberantas hama padi berupa serangga air, karena merupakan salah satu makanan
alami ikan lele.
PERSYARATAN LOKASI
1) Tanah yang baik
untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos,
berlumpur dan subur. Lahan yang dapat digunakan untuk budidaya lele dapat
berupa: sawah, kecomberan, kolam pekarangan, kolamkebun, dan blumbang.
2) Ikan lele hidup
dengan baik di daerah dataran rendah sampai daerah yang tingginya maksimal 700
m dpl.
3) Elevasi tanah dari
permukaan sumber air dan kolam adalah 5-10%.
4) Lokasi untuk
pembuatan kolam harus berhubungan langsung atau dekat dengan sumber air dan
tidak dekat dengan jalan raya.
5) Lokasi untuk
pembuatan kolam hendaknya di tempat yang teduh, tetapi tidak berada di bawah
pohon yang daunnya mudah rontok.
6) Ikan lele dapat
hidup pada suhu 200 C, dengan suhu optimal antara 25-280 C. Sedangkan untuk
pertumbuhan larva diperlukan kisaran suhu antara 26-300C dan untuk pemijahan
24-280 C.
7) Ikan lele dapat
hidup dalam perairan agak tenang dan kedalamannya cukup, sekalipun kondisi
airnya jelek, keruh, kotor dan miskin zat O2.
8) Perairan tidak
boleh tercemar oleh bahan kimia, limbah industri, merkuri, atau mengandung
kadar minyak atau bahan lainnya yang dapat mematikan ikan.
9) Perairan yang
banyak mengandung zat-zat yang dibutuhkan ikan dan bahan makanan alami.
Perairan tersebut bukan perairan yang rawan banjir.
10) Permukaan perairan
tidak boleh tertutup rapat oleh sampah atau daundaunan hidup, seperti enceng
gondok.
11) Mempunyai pH
6,5–9; kesadahan (derajat butiran kasar ) maksimal 100 ppm dan optimal 50 ppm;
turbidity (kekeruhan) bukan lumpur antara 30–60 cm; kebutuhan O2 optimal pada
range yang cukup lebar, dari 0,3 ppm untuk yang dewasa sampai jenuh untuk
burayak; dan kandungan CO2 kurang dari 12,8 mg/liter, amonium terikat
147,29-157,56 mg/liter.
12) Persyaratan untuk
pemeliharaan ikan lele di keramba :
a. Sungai atau
saluran irigasi tidak curam, mudah dikunjungi/dikontrol.
b. Dekat dengan rumah
pemeliharaannya.
c. Lebar sungai atau
saluran irigasi antara 3-5 meter.
d. Sungai atau
saluran irigasi tidak berbatu-batu, sehingga keramba mudah dipasang.
e. Kedalaman air
30-60 cm.
PEDOMAN TEKNIS
BUDIDAYA
Penyiapan Sarana dan
Peralatan
Dalam pembuatan kolam
pemeliharaan ikan lele sebaiknya ukurannya tidak terlalu luas. Hal ini untuk
memudahkan pengontrolan dan pengawasan. Bentuk dan ukuran kolam pemeliharaan
bervariasi, tergantung selera pemilik dan lokasinya. Tetapi sebaiknya bagian
dasar dan dinding kolam dibuat permanen.
Pada minggu ke 1-6
air harus dalam keadaan jernih kolam, bebas dari pencemaran maupun
fitoplankton. Ikan pada usia 7-9 minggu kejernihan airnya harus dipertahankan.
Pada minggu 10, air dalam batas-batas tertentu masih diperbolehkan. Kekeruhan
menunjukkan kadar bahan padat yang melayang dalam air (plankton). Alat untuk
mengukur kekeruhan air disebut secchi.
Prakiraan kekeruhan
air berdasarkan usia lele (minggu) sesuai angka secchi :
- Usia 10-15 minggu, angka secchi = 30-50
- Usia 16-19 minggu, angka secchi = 30-40
- Usia 20-24 minggu, angka secchi = 30
Penyiapan Bibit
1) Menyiapkan Bibit
a. Pemilihan Induk
1. Ciri-ciri induk lele jantan:
- Kepalanya lebih kecil dari induk ikan lele betina.
- Warna kulit dada agak tua bila dibanding induk ikan lele betina.
- Urogenital papilla (kelamin) agak menonjol, memanjang ke arah belakang, terletak di belakang anus, dan
warna kemerahan.
- Gerakannya lincah, tulang kepala pendek dan agak gepeng (depress).
- Perutnya lebih langsing dan kenyal bila dibanding induk ikan lele betina.
- Bila bagian perut di stripping secara manual dari perut ke arah ekor akan
mengeluarkan cairan putih
kental (spermatozoa-mani).
- Kulit lebih halus dibanding induk ikan lele betina.
2. Ciri-ciri induk lele betina
- Kepalanya lebih besar dibanding induk lele jantan.
- Warna kulit dada agak terang.
- Urogenital papilla (kelamin) berbentuk oval (bulat daun), berwarna kemerahan,
lubangnya agak lebar dan
terletak di belakang anus.
- Gerakannya lambat, tulang kepala pendek dan agak cembung.
- Perutnya lebih gembung dan lunak.
- Bila bagian perut di stripping secara manual dari bagian perut ke arah
ekor
akan mengeluarkan cairan
kekuning-kuningan (ovum/telur).
3. Syarat induk lele yang baik:
- Kulitnya lebih kasar dibanding induk lele jantan.
- Induk lele diambil dari lele yang dipelihara dalam kolam sejak kecil supaya
terbiasa hidup di kolam.
- Berat badannya berkisar antara 100-200 gram, tergantung kesuburan
badan
dengan ukuran panjang 20-5 cm.
- Bentuk badan simetris, tidak bengkok, tidak cacat, tidak luka, dan lincah.
- Umur induk jantan di atas tujuh bulan, sedangkan induk betina berumur
satu
tahun.
- Frekuensi pemijahan bisa satu bula sekali, dan sepanjang hidupnya bisa
memijah lebih dari 15 kali
dengan syarat apabila makanannya mengandung
cukup protein.
4. Ciri-ciri induk lele siap memijah adalah
calon induk terlihat mulai berpasang-pasangan, kejar-kejaran antara yang jantan
dan yang betina. Induk tersebut segera ditangkap dan ditempatkan dalam kolam tersendiri
untuk dipijahkan.
5. Perawatan induk lele:
- Selama masa pemijahan dan masa perawatan, induk ikan lele diberi makanan
yang berkadar protein tinggi seperti cincangan daging bekicot, larva
lalat/belatung, rayap atau makanan buatan (pellet).Ikan lele membutuhkan pellet
dengan kadar protein yang relative tinggi, yaitu ± 60%. Cacing sutra kurang baik
untuk makanan induk lele, karena kandungan lemaknya tinggi. Pemberian cacing
sutra harus dihentikan seminggu menjelang perkawinan atau pemijahan.
- Makanan diberikan pagi hari dan sore hari dengan jumlah 5-10% dari berat
total ikan.
- Setelah benih berumur seminggu, induk betina dipisahkan, sedangkan
induk jantan dibiarkan untuk menjaga anak-anaknya.Induk jantan baru bisa
dipindahkan apabila anak-anak lele sudah berumur 2 minggu.
- Segera pisahkan induk-induk yang mulai lemah atau yang terserang penyakit
untuk segera diobati.
- Mengatur aliran air masuk yang bersih, walaupun kecepatan aliran tidak
perlu deras, cukup 5-6 liter/menit.
b. Pemijahan
Tradisional
1. Pemijahan di Kolam Pemijahan
Kolam induk:
- Kolam dapat berupa tanah seluruhnya atau tembok sebagian dengan dasar
tanah.
- Luas bervariasi, minimal 50 m2.
- Kolam terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian dangkal (70%) dan bagian dalam
(kubangan) 30 % dari luas kolam. Kubangan ada di bagian tengah kolam dengan
kedalaman 50-60 cm, berfungsi untuk bersembunyi induk, bila kolam disurutkan
airnya.
- Pada sisi-sisi kolam ada sarang peneluran dengan ukuran 30x30x25 cm3,
dari tembok yang dasarnya dilengkapi saluran pengeluaran dari pipa paralon
diamneter 1 inchi untuk keluarnya banih ke kolam pendederan.
- Setiap sarang peneluran mempunyai satu lubang yang dibuat dari pipa
paralon (PVC) ukuran ± 4 inchi untuk masuknya induk-induk lele.
- Jarak antar sarang peneluran ± 1 m.
- Kolam dikapur merata, lalu tebarkan pupuk kandang (kotoran ayam) sebanyak
500-750 gram/m2.
- Airi kolam sampai batas kubangan, biarkan selama 4 hari.
Kolam Rotifera
(cacing bersel tunggal):
- Letak kolam rotifera di bagian atas dari kolam induk berfungi untuk menumbuhkan
makanan alami ikan (rotifera).
- Kolam rotifera dihubungkan ke kolam induk dengan pipa paralon untuk
mengalirkan rotifera.
- Kolam rotifera diberi pupuk organik untuk memenuhi persyaratan tumbuhnya
rotifera.
- Luas kolam ± 10 m2.
Pemijahan:
- Siapkan induk lele betina sebanyak 2 x jumlah sarang yang tersedia dan
induk jantan sebanyak jumlah sarang; atau satu pasang per sarang; atau satu
pasang per 2-4 m2 luas kolam (pilih salah satu).
- Masukkan induk yang terpilih ke kubangan, setelah kubangan diairi selama
4 hari.
- Beri/masukkan makanan yang berprotein tinggi setiap hari seperti cacing,
ikan rucah, pellet dan semacamnya, dengan dosis (jumlah berat makanan) 2-3%
dari berat total ikan yang ditebarkan .
- Biarkan sampai 10 hari.
- Setelah induk dalam kolam selama 10 hari, air dalam kolam dinaikkan
sampai 10-15 cm di atas lubang sarang peneluran atau kedalaman air dalam sarang
sekitar 20-25 cm. Biarkan sampai 10 hari. Pada saat ini induk tak perlu diberi
makan, dan diharapkan selama 10 hari berikutnya induk telah memijah dan
bertelur. Setelah 24 jam, telur telah menetas di sarang, terkumpullah benih
lele. Induk lele yang baik bertelur 2-3 bulan satu kali bila makanannya baik
dan akan bertelur terus sampai umur 5 tahun.
- Benih lele dikeluarkan dari sarnag ke kolam pendederan dengan cara:
air kolam disurutkan sampai batas kubangan, lalu benih dialirkan melalui pipa
pengeluaran.
- Benih-benih lele yang sudah dipindahkan ke kolam pendederan diberi
makanan secara intensif, ukuran benih 1-2 cm, dengan kepadatan 60 -100 ekor/m2.
- Dari seekor induk lele dapat menghasilkan ± 2000 ekor benih
lele. Pemijahan induk lele biasanya terjadi pada sore hari atau malam hari.
2. Pemijahan di Bak Pemijahan Secara
Berpasangan
Penyiapan bak
pemijahan secara berpasangan:
- Buat bak dari semen atau teraso dengan ukuran 1 x 1 m atau 1 x 2 m dan
tinggi 0,6 m.
- Di dalam bak dilengkapi kotak dari kayu ukuran 25 x 40x30 cm tanpa dasar
sebagai sarang pemijahan. Di bagian atas diberi lubang dan diberi tutup untuk
melihat adanya telur dalam sarang. Bagian depan kotak/sarang pemijahan diberi
enceng gondok supaya kotak menjadi gelap.
- Sarang pemijahan dapat dibuat pula dari tumpukan batu bata atau ember
plastik atau barang bekas lain yang memungkinkan.
- Sarang bak pembenihan diberi ijuk dan kerikil untuk menempatkan telur
hasil pemijahan.
- Sebelum bak digunakan, bersihkan/cuci dengan air dan bilas dengan formalin
40 % atau KMnO4 (dapat dibeli di apotik); kemudian bilas lagi dengan air bersih
dan keringkan.
Pemijahan:
- Tebarkan I (satu) pasang induk dalam satu bak setelah bak diisi air setinggi
± 25 cm. Sebaiknya
airnya mengalir. Penebaran dilakukan pada jam 14.00–16.00.
- Biarkan induk selama 5-10 hari, beri makanan yang intensif. Setelah ± 10 hari,
diharapkan sepasang induk ini telah memijah, bertelur dan dalam waktu 24 jam
telur-telur telah menetas. Telur-telur yang baik adalah yang berwarna kuning
cerah.
- Beri makanan anak-anak lele yang masih kecil (stadium larva) tersebut
berupa kutu air atau anak nyamuk dan setelah agak besar dapat diberi cacing dan
telur rebus.
3. Pemijahan di Bak Pemijahan Secara Masal
Penyiapan bak
pemijahan secara masal:
- Buat bak dari semen seluas 20 m2 atau 50 m2, ukuran 2x10 m2 atau 5x10
m2.
- Di luar bak, menempel dinding bak dibuat sarang pemijahan ukuran 30x30x30
cm3, yang dilengkapi dengan saluran pengeluaran benih dari paralon (PVC)
berdiameter 1 inchi. Setiap sarang dibuatkan satu lubang dari paralon
berdiameter 4 inchi.
- Dasar sarang pemijahan diberi ijuk dan kerikil untuk tempat menempel
telur hasil pemijahan.
- Sebelum digunakan, bak dikeringkan dan dibilas dengan larutan desinfektan
atau formalin, lalu dibilas dengan air bersih; kemudiankeringkan.
Pemijahan:
- Tebarkan induk lele yang terpilih (matang telur) dalam bak pembenihan
sebanyak 2xjumlah sarang , induk jantan sama banyaknya dengan induk betina atau
dapat pula ditebarkan 25-50 pasang untuk bak seluas 50 m2 (5x10 m2), setelah
bak pembenihan diairi setinggi 1 m.
- Setelah 10 hari induk dalam bak, surutkan air sampai ketinggian 50-60
cm, induk beri makan secara intensif.
- Sepuluh hari kemudian, air dalam bak dinaikkan sampai di atas lubang
sarang sehingga air dalam sarang mencapai ketinggian 20-25cm.
- Saat air ditinggikan diharapkan induk-induk berpasangan masuk sarang
pemijahan, memijah dan bertelur. Biarkan sampai ± 10 hari.
- Sepuluh hari kemudian air disurutkan lagi, dan diperkirakan telurtelur
dalam sarang pemijahan telah menetas dan menjadi benih lele.
- Benih lele
dikeluarkan melalui saluran pengeluaran benih untuk didederkan di kolam
pendederan.
c. Pemijahan Buatan
Cara ini disebut Induced
Breeding atau hypophysasi yakni merangsang ikan lele untuk kawin
dengan cara memberikan suntikan berupa cairan hormon ke dalam tubuh ikan.
Hormon hipophysa berasal dari kelenjar hipophysa, yaitu hormon gonadotropin.
Fungsi hormon gonadotropin:
- Gametogenesis:
memacu kematangan telur dan sperma, disebut Follicel Stimulating Hormon.
Setelah 12 jam penyuntikan, telur mengalami ovulasi (keluarnya telur dari
jaringan ikat indung telur).
Selama ovulasi, perut
ikan betina akan membengkak sedikit demi sedikit karena ovarium menyerap air.
Saat itu merupakan saat yang baik untuk melakukan pengurutan perut (stripping).
- Mendorong nafsu sex
(libido)
Perlakuan dan
Perawatan Bibit
a. Kolam untuk
pendederan:
1. Bentuk kolam pada
minggu 1-2, lebar 50 cm, panjang 200 cm, dan tinggi 50 cm. Dinding kolam dibuat
tegak lurus, halus, dan licin, sehingga apabila bergesekan dengan ubuh benih lele tidak akan melukai. Permukaan
lantai agak miring menuju pembuangan air. Kemiringan dibuat beda 3 cm di antara
kedua ujung lantai, di mana yang dekat tempat pemasukan air lebih tinggi. Pada
lantai dipasangpralon dengan diameter 3-5 cm dan panjang 10 m.
2. Kira-kira 10 cm
dari pengeluaran air dipasang saringan yang dijepit dengan 2 bingkai kayu tepat
dengan permukaan dalam dinding kolam.Di antara 2 bingkai dipasang selembar kasa
nyamuk dari bahan plastic berukuran mess 0,5-0,7 mm, kemudian dipaku.
3. Setiap kolam
pendederan dipasang pipa pemasukan dan pipa air untukmengeringkan kolam. Pipa
pengeluaran dihubungkan dengan pipa plastik yang dapat berfungsi untuk mengatur
ketinggian air kolam. Pipa plastik tersebut dikaitkan dengan suatu pengait
sebagai gantungan.
4. Minggu ketiga,
benih dipindahkan ke kolam pendederan yang lain.
Pengambilannya tidak
boleh menggunakan jaring, tetapi dengan mengatur ketinggian pipa plastik.
5. Kolam pendederan
yang baru berukuran 100 x 200 x 50 cm, dengan bentuk dan konstruksi sama dengan
yang sebelumnya.
b. Penjarangan:
1. Penjarangan adalah
mengurangi padat penebaran yang dilakukan karena ikan lele berkembang ke arah
lebih besar, sehingga volume ratio antara lele dengan kolam tidak seimbang.
- Apabila tidak
dilakukan penjarangan dapat mengakibatkan :
- Ikan berdesakan,
sehingga tubuhnya akan luka.
- Terjadi perebutan
ransum makanan dan suatu saat dapat memicu mumculnya kanibalisme (ikan yang
lebih kecil dimakan oleh ikan yang lebih besar).
- Suasana kolam tidak
sehat oleh menumpuknya CO2 dan NH3, dan
O2 kurang sekali
sehingga pertumbuhan ikan lele terhambat.
2. Cara penjarangan
pada benih ikan lele :
- Minggu 1-2,
kepadatan tebar 5000 ekor/m2
- Minggu 3-4,
kepadatan tebar 1125 ekor/m2
- Minggu 5-6,
kepadatan tebar 525 ekor/m2
c. Pemberian pakan:
1. Hari pertama
sampai ketiga, benih lele mendapat makanan dari kantong kuning telur (yolk sac)
yang dibawa sejak menetas.
2. Hari keempat
sampai minggu kedua diberi makan zooplankton, yaitu Daphnia dan Artemia yang
mempunyai protein 60%. Makanan tersebut diberikan dengan dosis 70% x biomassa
setiap hari yang dibagi dalam 4 kali pemberian. Makanan ditebar disekitar
tempat pemasukan air.Kira-kira 2-3 hari sebelum pemberian pakan zooplankton
berakhir,benih lele harus dikenalkan dengan makanan dalam bentuk tepung yang
berkadar protein 50%. Sedikit dari tepung tersebut diberikan kepada benih 10-15
menit sebelum pemberian zooplankton. Makanan yang berupa teoung dapat terbuat
dari campuran kuning telur, tepung udang dan sedikit bubur nestum.
3. Minggu ketiga
diberi pakan sebanyak 43% x biomassa setiap hari.
4. Minggu keempat dan
kelima diberi pakan sebanyak 32% x biomassa setiap hari.
5. Minggu kelima
diberi pakan sebanyak 21% x biomassa setiap hari.
6. Minggu ketiga
diberi pakan sebanyak 43% x biomassa setiap hari.
7. Minggu keenam
sudah bisa dicoba dengan pemberian pelet apung.
d. Pengepakan dan
pengangkutan benih
1. Cara tertutup:
- Kantong plastik
yang kuat diisi air bersih dan benih dimasukkan sedikit demi sedikit. Udara
dalam plastik dikeluarkan. O2 dari tabung dimasukkan ke dalam air sampai volume
udara dalam plastik 1/3–1/4 bagian. Ujung plastik segera diikat rapat.
- Plastik berisi
benih lele dimasukkan dalam kardus atau peti supaya tidak mudah pecah.
2. Cara terbuka
dilakukan bila jarak tidak terlalu jauh:
- Benih lele
dilaparkan terlebih dahulu agar selama pengangkutan, air tidak keruh oleh
kotoran lele. (Untuk pengangkutan lebih dari 5 jam).
- Tempat lele diisi
dengan air bersih, kemudian benih dimasukkan sedikit demi sedikit. Jumlahnya
tergantung ukurannya. Benih ukuran 10 cm dapat diangkut dengan kepadatan
maksimal 10.000/m3 atau 10 ekor/liter. Setiap 4 jam, seluruh air diganti di
tempat yang teduh.
Pemeliharaan
Pembesaran
1) Pemupukan
a. Sebelum digunakan
kolam dipupuk dulu. Pemupukan bermaksud untuk menumbuhkan plankton hewani dan
nabati yang menjadi makanan alami bagi benih lele.
b. Pupuk yang
digunakan adalah pupuk kandang (kotoran ayam) dengan dosis 500-700 gram/m2.
Dapat pula ditambah urea 15 gram/m2, TSP 20 gram/m2, dan amonium nitrat 15
gram/m2. Selanjutnya dibiarkan selama 3 hari.
c. Kolam diisi
kembali dengan air segar. Mula-mula 30-50 cm dan dibiarkan selama satu minggu
sampai warna air kolam berubah menjadi coklat atau kehijauan yang menunjukkan
mulai banyak jasad-jasad renik yang tumbuh sebagai makanan alami lele.
d. Secara bertahap
ketinggian air ditambah, sebelum benih lele ditebar.
2) Pemberian Pakan
a. Makanan Alami Ikan
Lele
1. Makanan alamiah
yang berupa Zooplankton, larva, cacing-cacing, dan serangga air.
2. Makanan berupa
fitoplankton adalah Gomphonema spp (gol. Diatome), Anabaena spp (gol.
Cyanophyta), Navicula spp (gol. Diatome), ankistrodesmus spp (gol.
Chlorophyta).
3. Ikan lele juga
menyukai makanan busuk yang berprotein.
4. Ikan lele juga
menyukai kotoran yang berasal dari kakus.
b. Makanan Tambahan
1. Pemeliharaan di
kecomberan dapat diberi makanan tambahan berupa sisa-sisa makanan keluarga,
daun kubis, tulang ikan, tulang ayam yang dihancurkan, usus ayam, dan bangkai.
2. Campuran dedak dan
ikan rucah (9:1) atau campuran bekatul, jagung, dan bekicot (2:1:1).
c. Makanan Buatan
(Pellet)
1. Komposisi bahan (%
berat): tepung ikan=27,00; bungkil kacang kedele=20,00; tepung terigu=10,50;
bungkil kacang tanah=18,00; tepung kacang hijau=9,00; tepung darah=5,00;
dedak=9,00; vitamin=1,00; mineral=0,500;
2. Proses pembuatan:
Dengan cara
menghaluskan bahan-bahan, dijadikan adonan seperti pasta, dicetak dan
dikeringkan sampai kadar airnya kurang dari 10%. Penambahan lemak dapat diberikan
dalam bentuk minyak yang dilumurkan pada pellet sebelum diberikan kepada lele.
Lumuran minyak juga dapat memperlambat pellet tenggelam.
3. Cara pemberian
pakan:
- Pellet mulai
dikenalkan pada ikan lele saat umur 6 minggu dan diberikan pada ikan lele 10-15
menit sebelum pemberian makanan yang berbentuk tepung.
- Pada minggu 7 dan
seterusnya sudah dapat langsung diberi makanan yang berbentuk pellet.
- Hindarkan pemberian
pakan pada saat terik matahari, karena suhu tinggi dapat mengurangi nafsu makan
lele.
3) Pemberian
Vaksinasi
Cara-cara vaksinasi
sebelum benih ditebarkan:
a. Untuk mencegah
penyakit karena bakteri, sebelum ditebarkan, lele yang berumur 2 minggu
dimasukkan dulu ke dalam larutan formalin dengan dosis 200 ppm selama 10-15
menit. Setelah divaksinasi lele tersebut akan kebal selama 6 bulan.
b. Pencegahan
penyakit karena bakteri juga dapat dilakukan dengan menyutik dengan terramycin
1 cc untuk 1 kg induk.
c. Pencegahan
penyakit karena jamur dapat dilakukan dengan merendam lele dalam larutan Malachite
Green Oxalate 2,5–3 ppm selama 30 menit.
4) Pemeliharaan
Kolam/Tambak
a. Kolam diberi
perlakuan pengapuran dengan dosis 25-200 gram/m2 untuk memberantas hama dan
bibit penyakit.
b. Air dalam
kolam/bak dibersihkan 1 bulan sekali dengan cara mengganti semua air kotor
tersebut dengan air bersih yang telah diendapkan 2 malam.
c. Kolam yang telah
terjangkiti penyakit harus segera dikeringkan dan dilakukan pengapuran dengan
dosis 200 gram/m2 selama satu minggu.Tepung kapur (CaO) ditebarkan merata di dasar
kolam, kemudian dibiarkan kering lebih lanjut sampai tanah dasar kolam
retak-retak.
HAMA DAN PENYAKIT
a. Hama pada lele
adalah binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu kehidupan lele.
b. Di alam bebas dan
di kolam terbuka, hama yang sering menyerang lele antara lain: berang-berang,
ular, katak, burung, serangga, musang air, ikan gabus dan belut.
c. Di pekarangan,
terutama yang ada di perkotaan, hama yang sering menyerang hanya katak dan
kucing.Pemeliharaan lele secara intensif tidak banyak diserang hama.Penyakit
parasit adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme tingkatrendah seperti
virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang berukuran kecil.
1) Penyakit karena
bakteri Aeromonas hydrophilla dan Pseudomonas hydrophylla
Bentuk bakteri ini
seperti batang dengan polar flage (cambuk yang terletak di ujung batang), dan
cambuk ini digunakan untuk bergerak, berukuran 0,7–0,8 x 1–1,5 mikron. Gejala:
iwarna tubuh menjadi gelap, kulit kesat dan timbul pendarahan, bernafas megap-megap
di permukaan air. Pengendalian:memelihara lingkungan perairan agar tetap
bersih, termasuk kualitas air.Pengobatan melalui makanan antara lain: (1)
Terramycine dengan dosis 50 mg/kg ikan/hari, diberikan selama 7–10 hari
berturut-turut. (2) Sulphonamid sebanyak 100 mg/kg ikan/hari selama 3–4 hari.
2) Penyakit
Tuberculosis
Penyebab: bakteri Mycobacterium fortoitum). Gejala:
tubuh ikan berwarna gelap, perut bengkak (karena tubercle/bintil-bintil pada
hati, ginjal, dan limpa). Posisi berdiri di permukaan air, berputar-putar atau
miring-miring, bintik putih di sekitar mulut dan sirip. Pengendalian:
memperbaiki kualitas air dan lingkungan kolam. Pengobatan: dengan
Terramycin dicampur dengan makanan 5–7,5 gram/100 kg ikan/hari selama 5–15
hari.
3) Penyakit karena
jamur/candawan Saprolegnia.
Jamur ini tumbuh
menjadi saprofit pada jaringan tubuh yang mati atau ikan yang kondisinya lemah.
Gejala: ikan ditumbuhi sekumpulan benang halus seperti kapas, pada
daerah luka atau ikan yang sudah lemah, menyerang daerah kepala tutup insang,
sirip, dan tubuh lainnya. Penyerangan pada telur, maka telur tersebut diliputi
benang seperti kapas. Pengendalian: benih gelondongan dan ikan dewasa
direndam pada Malachyte Green Oxalate 2,5–3 ppm selama 30 menit dan telur
direndam Malachyte Green Oxalate 0,1–0,2 ppm selama 1 jam atau 5–10 ppm selama
15 menit.
4) Penyakit Bintik
Putih dan Gatal/Trichodiniasis
Penyebab: parasit dari golongan Ciliata, bentuknya bulat,
kadang-kadang amuboid, mempunyai inti berbentuk tapal kuda, disebut Ichthyophthirius
multifilis. Gejala: (1) ikan yang diserang sangat lemah dan selalu
timbul di permukaan air; (2) terdapat bintik-bintik berwarna putih pada kulit,
sirip dan insang; (3) ikan sering menggosok-gosokkan tubuh pada dasar atau
dinding kolam. Pengendalian: air harus dijaga kualitas dan kuantitasnya.Pengobatan:
dengan cara perendaman ikan yang terkena infeksi pada campuran larutan Formalin
25 cc/m3 dengan larutan Malachyte Green Oxalate 0,1 gram/m3 selama 12–24 jam,
kemudian ikan diberi air yang segar. Pengobatan diulang setelah 3 hari.
5) Penyakit Cacing
Trematoda
Penyebab: cacing kecil Gyrodactylus dan Dactylogyrus.
Cacing Dactylogyrus menyerang insang, sedangkan cacing Gyrodactylus menyerang
kulit dan sirip. Gejala: insang yang dirusak menjadi luka-luka, kemudian
timbul pendarahan yang akibatnya pernafasan terganggu. Pengendalian: (1)
direndam Formalin 250 cc/m3 air selama 15 menit; (2) Methyline Blue 3 ppm
selama 24 jam; (3) mencelupkan tubuh ikan ke dalam
larutan Kalium
-Permanganat (KMnO4) 0,01% selama ± 30 menit; (4) memakai larutan NaCl 2% selama ± 30 menit; (5)
dapat juga memakai larutan NH4OH 0,5% selama ± 10 menit.
6) Parasit Hirudinae
Penyebab: lintah Hirudinae, cacing berwarna merah
kecoklatan. Gejala: pertumbuhannya lambat, karena darah terhisap oleh
parasit, sehingga menyebabkan anemia/kurang darah. Pengendalian: selalu
diamati pada saat mengurangi padat tebar dan dengan larutan Diterex 0,5 ppm.
Hama Kolam/Tambak
Apabila lele
menunjukkan tanda-tanda sakit, harus dikontrol factor penyebabnya, kemudian
kondisi tersebut harus segera diubah, misalnya :
1) Bila suhu terlalu
tinggi, kolam diberi peneduh sementara dan air diganti dengan yang suhunya
lebih dingin.
2) Bila pH terlalu
rendah, diberi larutan kapur 10 gram/100 l air.
3) Bila kandungan
gas-gas beracun (H2S, CO2), maka air harus segera diganti.
4) Bila makanan
kurang, harus ditambah dosis makanannya.
PANEN
Penangkapan
Beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam pemanenan:
1) Lele dipanen pada
umur 6-8 bulan, kecuali bila dikehendaki, sewaktu-waktu dapat dipanen. Berat
rata-rata pada umur tersebut sekitar 200 gram/ekor.
2) Pada lele Dumbo,
pemanenan dapat dilakukan pada masa pemeliharaan 3-4 bulan dengan berat 200-300
gram per ekornya. Apabila waktu pemeliharaan ditambah 5-6 bulan akan mencapai
berat 1-2 kg dengan panjang 60-70 cm.
3) Pemanenan
sebaiknya dilakukan pada pagi hari supaya lele tidak terlalu kepanasan.
4) Kolam dikeringkan
sebagian saja dan ikan ditangkap dengan menggunakan seser halus, tangan,
lambit, tangguh atau jaring.
5) Bila penangkapan
menggunakan pancing, biarkan lele lapar lebih dahulu.
6) Bila penangkapan
menggunakan jaring, pemanenan dilakukan bersamaan dengan pemberian pakan,
sehingga lele mudah ditangkap.
7) Setelah dipanen,
piaralah dulu lele tersebut di dalam tong/bak/hapa selama 1-2 hari tanpa diberi
makan agar bau tanah dan bau amisnya hilang.
8)
Lakukanlah penimbangan secepat mungkin dan cukup satu kali.
0 komentar:
Posting Komentar